Kawasan Bantaran Sungai Ciliwung,
Jakarta.
Di daerah sekitar sungai Ciliwung di
Jakarta Kota masih banyak bangunan tua dan bersejarah bergaya Art Deco.
Sebagian masih berfungsi, baik digunakan sebagai museum, kantor pemerintahan,
kantor swasta, maupun untuk perdagangan. Namun sebagian lagi justru kosong
tidak terpakai dan semakin lama semakin rusak dimakan usia. Keadaan itu membuat
kawasan yang dulunya merupakan pusat pemerintahan pada zaman kolonial menjadi
kawasan sepi pengunjung dan hanya di beberapa tempat yang ramai. Kondisi ini sangat disayangkan karena di DKI Jakarta
hanya daerah di sepanjang sungai Ciliwung di Jakarta Kota yang memiliki
kombinasi menarik antara gedung bersejarah bergaya Art Deco dengan
sungai Ciliwung yang lebar. Sehingga kami melihat potensi ini bisa dioptimalkan
sebagai daerah wisata kuliner dan sejarah seperti di Boat Quay, dengan
melakukan konservasi daerah ini yang awalnya hanya berupa pedestrian dan
sedikit tanaman menjadi daerah wisata kuliner dan sejarah. Tentunya dengan beberapa
penambahan komponen untuk menambah kenyamanan pengunjung.
Kawasann Sungai Ciliwung
(sumber : http://us.images.detik.com/content/2015/02/13/4/183324_ciliwung.jpg
)
a.
Boat Quay
Dahulu Singapore River adalah jalur utama
untuk perdagangan dan kegiatan ekonomi di pulau tersebut, dimana sebagian besar
sisi selatan sungai merupakan tempat perdagangan berlangsung, tempat itu
sekarang dikenal dengan nama Boat Quay.
Sungai Boat Quay
Karena
kawasan Boat Quay dulunya merupakan tempat perdagangan yang dijalankan
oleh para pemukim Cina maka di daerah tersebut banyak terdapat rumah toko yang
berarsitektur Cina. Rumah toko ini menjadi keunikan dan daya tarik wisatawan
yang berkunjung ke Boat Quay sehingga oleh pemerintah Singapura
dikonservasi pada tahun 1986 sebagai bagian dari rencana induk untuk melestarikan
seluruh Sungai Singapura dan sekitarnya. Bangunan-bangunan rumah toko di area
tersebut dipertahankan dan ditambahkan kafe-kafe tenda di sepanjang tepi sungai
Singapura dan jalan di area ini dimaksimalkan sebagai jalur pedestrian (jalur
pejalan kaki).
Pedestrian di Boat Quay
(sumber : http://travel-tips.s3-website-eu-west-1.amazonaws.com/singapore-boat-quay-bars-restaurants.jpg )
Dengan latar belakang alasan tersebut di
atas dipilihlah lokasi ini sebagai area penelitian konservasi karena secara
kasat mata dinilai berhasil mempertahankan keaslian bentuk bangunan rumah toko
berarsitektur Cina dan menjadikannya daya tarik wisatawan. Begitu juga dengan
kafe-kafe yang ada, ramai dikunjungi wisatawan karena
letaknya yang berada di pinggir sungai memiliki pemandangan yang menarik dan
berhawa sejuk.
Boat Quay
·
Peraturan Kawasan Boat
Quay
Pada pertengahan
tahun 1980an, Urban Redevelopment Authority mengumumkan rencana untuk
menjadikan Boat Quay sebagai bagian dari rencana induk untuk
melestarikan seluruh Singapore River dan sekitarnya. Mulai tahun 1993
pemerintah Singapura mengeluarkan circular/ surat edaran tentang
konservasi bangunan yang berisi panduan konservasi bangunan beratap datar
termasuk M & E bangunan beratap datar, revisi panduan Konservasi Bangunan
di kawasan Boat Quay dan himbauan agar tetap mempertahankan lantai dan
tangga yang terbuat dari kayu untuk menjaga keaslian arsitektur bangunan
bersejarah hingga mengenai konservasi bagian bangunan yang menampung kegiatan
bersantai. Peraturan-peraturan tersebut diterapkan dengan patuh oleh para
pengelola dan pengguna bangunan di kawasan Boat Quay. Selain itu adapula
peraturan yang dikeluarkan pemerintah Singapura tahun 2002 di kawasan Boat
Quay yang berisi mengenai panduan perancangan mulai struktur, ukuran kios,
hingga ketinggian lantai.
b.
Sungai ciliwung
Ci Liwung, atau biasa ditulis Ciliwung adalah salah satu sungai terpenting
di Pulau Jawa;
terutama karena melalui wilayah ibukota, DKI Jakarta,
dan kerap menimbulkan banjir tahunan di wilayah hilirnya. Panjang aliran utama
sungai ini adalah hampir 120 km dengan daerah tangkapan
airnya (daerah aliran sungai) seluas 387 km persegi. Sungai ini relatif
lebar dan di bagian hilirnya dulu dapat dilayari oleh perahu kecil pengangkut
barang dagangan. Wilayah yang dilintasi Ci Liwung adalah Kabupaten
Bogor, Kota Bogor, Kota Depok,
dan Jakarta.
Hulu sungai ini berada di dataran tinggi yang terletak di perbatasan Kabupaten
Bogor dan Kabupaten Cianjur, atau tepatnya di Gunung Gede, Gunung
Pangrango dan daerah Puncak. Setelah
melewati bagian timur Kota Bogor, sungai ini mengalir ke utara, di sisi barat
Jalan Raya Jakarta-Bogor, sisi timur Depok, dan memasuki wilayah Jakarta
sebagai batas alami wilayahJakarta
Selatan dan Jakarta Timur.
Ci Liwung bermuara di daerah Luar Batang, di dekat Pasar Ikan sekarang.
Di sebelah barat, DAS Ci Liwung berbatasan dengan DAS Ci Sadane,
DAS Kali Grogol dan DAS Kali Krukut.
Sementara di sebelah timurnya, DAS ini berbatasan dengan DAS Kali Sunter dan DAS (Kali) Cipinang.
·
Peraturan Kawasan
Bantaran Sungai Ciliwung
Pemerintah
Indonesia telah banyak mengeluarkan peraturan dan undang-undang mengenai cagar
budaya. Namun dalam undang-undang dan peraturan tersebut tidak menyebutkan
secara spesifik peraturan tentang panduan konservasi bangunan. Kebanyakan
panduan konservasi bangunan terdapat dalam peraturan dan undang-undang tentang
benda/bangunan cagar budaya. Spesifikasi
bangunan yang termasuk bangunan cagar budaya terdapat dalam UU no 5 tahun 1992
dan UU no 11 tahun 2001. Sedangkan peraturan tentang penataan ruang dan bangunan
terdapat dalam UU no 24 tahun1992 dan UU no. 28 tahun 2002. Adapula peraturan
tentang penataan kawasan Jabotabek yang terdapat dalam Perpres No. 54 Tahun
2008. Sedangkan permen PU no 63 tahun 1993 berisi tentang segala sesuatu
peraturan yang berhubungan dengan daerah penguasaan sungai.
c.
Pendekatan kondisi
Fisik Sungai Ciliwung dengan Boat Quay
· Sirkulasi
Berdasarkan
gambaran di lapangan bahwa sirkulasi yang terdapat pada kawasan Boat Quay berupa
jalur pedestrian dan di sisi jalur pedestian yang menghadap sungai terdapat
jajaran kafe-kafe dengan atap payung yang merupakan bangunan non permanen dan
sisi lainnya berdiri bangunan permanen yang berfungsi sebagai kafe beserta
tempat tinggal. Sirkulasi yang ada di kawasan tepi sungai Ciliwung di Jakarta
Kota memiliki kesamaan dengan sirkulasi yang ada di kawasan Boat Quay yaitu
berupa jalur pedestrian. Jalur ini berada tepat di bantaran sungai dengan jalan
raya beraspal dan adanya jalur pedestrian di depan bangunan, sehingga sesuai
dengan teori linkage tentang garis/ line.
·
Orientasi
Bangunan
Dari studi lapangan di kawasan Boat
Quay yang berada di sisi selatan sungai Singapura, dapat dilihat bahwa
orientasi bangunan di kawasan Boat Quay mengikuti garis tepi sungai yang
mengarah ke arah utara dengan muka bangunan menghadap sungai Singapura.
Orientasi bangunan yang menghadap utara adalah orientasi yang sangat baik
karena area di sekitar bangunan akan terhindar dari sinar matahari langsung.
Orientasi bangunan yang ada di kawasan tepi sungai Ciliwung di Jakarta Kota memiliki
kesamaan dengan kawasan Boat Quay, namun bangunan-bangunan yang
berada di sisi sungai mengarah kearah barat laut. Karena pada zaman kolonial
sungai ini digunakan sebagai jalur transportasi maka seluruh bangunan di
sepanjang tepi sungai memiliki orientasi menghadap sungai Ciliwung dengan
mengikuti garis tepi sungai. Orientasi pada kawasan tepi
sungai Ciliwung
di Jakarta Kota ini yang mengarah ke barat laut menyebabkan area sekitar sungai
Ciliwung pada sore hari mengalami panas sinar matahari sore langsung. Hal ini
terjadi karena tidak adanya penghalang sinar matahari berupa pepohonan.
Sedangkan pada pagi hari area ini cukup teduh karena sinar matahari terhalang
oleh bangunan. Orientasi yang ada di Boat
Quay mengarah ke utara, sehingga baik untuk difungsikan sebagai area wisata
kuliner dan bersantai berupa kafe tenda nonpermanen, sedangkan di kawasan tepi
sungai Ciliwung di Jakarta Kota bisa juga dijadikan sebagai area wisata kuliner
dan bersantai berupa kafe tenda nonpermanen dengan menambahkan buffer berupa
pepohonan untuk mengurangi panas sinar matahari langsung.
·
Bentuk
Massa Bangunan
Bentuk
bangunan ruko di kawasan Boat Quay berbentuk row house (rumah
kopel) yaitu deretan rumah yang memiliki bentuk dan fasad yang sama, saling
menempel dan memiliki dinding pembatas bersama-sama. Deretan massa bangunan di
kawasan ini membentuk garis linear dengan mengikuti tepian sungai Singapura yang
berbentuk cekungan menyerupai bentuk perut ikan. Tidak berbeda dengan kawasan Boat
Quay, di kawasan tepi sungai Ciliwung di Jakarta Kota yang terletak di tepi
aliran sungai Ciliwung memiliki bentuk massa yang mengikuti tepian sungai
dengan membentuk garis linear. Bila
dilihat dalam skala kawasan, kawasan Boat Quay dan kawasan tepi sungai Ciliwung
di Jakarta Kota merupakan bentuk visualisasi dari teori figure ground yaitu
sistem terbuka yang linear/ linear open system, elemen terbuka kadang-kadang diberi
istilah soft-space, sedangkan ruang tertutup dinamakan hard-space. Hal ini
dapat dijadikan acuan dalam mengkonservasi kawasan tepi sungai Ciliwung di
Jakarta Kota agar tetap menjaga kelestarian lingkungan dan menjaga keselarasan
antara soft space dengan hard space. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa bentuk massa bangunan yang ada di kawasan
Boat Quay dengan bentuk massa bangunan yang ada di kawasan tepi sungai Ciliwung
di Jakarta Kota memiliki kesamaan dari posisi muka bangunan yang mengarah ke
tepi sungai. Bentuk massa seperti yang ada di kawasan Boat Quay dan kawasan
tepi sungai Ciliwung di Jakarta Kota dapat mendukung terciptanya suasana yang
teratur dan memudahkan penataan ruang luar.
d.
Kesimpulan
Dari
paparan hasil penelitian di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah
bahwa sirkulasi di kawasan Boat Quay dan di kawasan tepi sungai Ciliwung
Jakarta Kota memiliki kesamaan pada bentuk sirkulasi dan bahan material, bentuk
sirkulasi yang berupa jalur pedestrian ini berbentuk linear yang mengikuti tepian
sungai. Jadi memungkinkan jika sungai Ciliwung dapat di Konservasikan seperti
Boat Quay.
e.
Daftar
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar