Selasa, 28 April 2015

KONSERVASI ARSITEKTUR 2

Kawasan Konservasi Pesisir Kabupaten Batang

            Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia memiliki potensi kelautan yang sangat besar mengingat 5,8 Juta kilometer persegi dari sekitar 7,8 juta kilometer persegi wilayah Indonesia adalah lautan dengan jumlah pulau mencapai 17.480 buah dengan panjang pantai sejauh 95.186 km, menempatkan Indonesia sebagai negara kedua yang memiliki pantai terpanjang setelah Kanada. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi (mega biodiversity). Ragam ekosistem laut nusantara dapat berupa ekosistem pantai, muara, bakau, laut terbuka, padang lamun, terumbu karang hingga laut teluk yang memiliki spesifikasi dan karakter yang berbeda-beda. Salah satu hasil Konferensi Pembangunan Berkelanjutan Rio+20 adalah menekankan perlunya konservasi dan pemanfaatan sumberdaya laut secara berkelanjutan untuk menanggulangi kemiskinan, ketahanan pangan dan mata pencaharian serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pola pemanfaatan potensi alam yang kurang bijaksana dan lemahnya daya dukung kebijakan pemerintah serta rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian ekosistem pesisir menyebabkan kerusakan lingkungan di kawasan pesisir. Segala kegiatan manusia akhirnya akan mempengaruhi struktur bangunan terumbu karang. Secara ekologis, sosial dan nilai ekonomi terumbu karang mendasari betapa pentingnya konservasi terumbu karang secara internasional. Keberhasilan kawasan konservasi laut dalam mengembalikan populasi ikan juga merupakan dampak secara tidak langsung keberadaan terumbu karang dalam upaya mengurangi ancaman overfishing, yang selama ini disebabkan oleh rusaknya terumbu karang. Meskipun demikian, secara umum tingkat efektivitas keberadaan kawasan konservasi laut dalam meningkatkan penutupan terumbu karang juga harus masih dikaji lebih lanjut pada tiap daerah.
            Permasalahan lingkungan pesisir seperti menurunnya kualitas perairan laut akibat pencemaran, rusaknya terumbu karang, hilangnya daerah penyangga banjir dan rusaknya hutan bakau merupakan permasalahan yang ada dalam pengelolaan kawasan konservasi laut yang terjadi akan berdampak secara signifikan dan mampu menyebabkan degradasi sumberdaya alam, yang harus ditangani dengan baik secara lintas sector melalui kebijakan pengelolaan yang mampu memberikan dampak keberlanjutan pembangunan kelautan dan perikanan. Peran pemerintah daerah pada era otonomi daerah ini sangat strategis dalam pengelolaan kawasan konservasi laut daerah yang mampu menjadikan perairan laut sebagai sumber penghidupan bagi masyarakat yang berkelanjutan.
            Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Ujungnegoro – Roban Kabupaten Batang ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati Batang Nomor 523/283/2005 tanggal 15 Desember 2005 yang meliputi Wilayah Pantai Ujungnegoro sebagai upaya melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan kawasan secara optimal dan merupakan bentuk komitmen Pemerintah Kabupaten Batang dalam mendukung program Kawasan Konservasi Perairan Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.
Data kawasan konservasi
·           Provinsi                       : Jawa Tengah
·           Kabupaten / Kota        : Batang
·           Nama Kawasan           : Kawasan Konservasi Pesisir Kabupaten Batang
(Taman Pesisir Ujungnegoro - Roban)
·           Dasar Hukum Pencadangan : SK Bupati No. 523/194/2012
Penetapan                    : 
SK Menteri Kelautan dan Perikanan No Kep.29/MEN/2012
·           Tipe Kawasan              : Kawasan Konservasi Perairan Daerah
·           Luas Kawasan             : 4,015.20
·           Garis Lintang              : 06052'00" LS
·           Garis Bujur                  : 109050'59" BT


Gambar : Kawasan Konservasi Pesisir Kabupaten Batang
(Taman Pesisir Ujungnegoro - Roban)



A.      Kondisi Umum
Dasar hukum penetapan Pantai Ujungnegoro-Roban sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Kabupaten Batang adalah SK Bupati Batang No. 523/283/2005 yang dikeluarkan pada tanggal 15 Desember 2005. Penetapan KKLD pantai Ujungnegoro ini sebagai upaya melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan kawasan secara optimal dan merupakan bentuk komitmen pemerintah Kabupaten Batang dalam mendukung program Kawasan Konservasi Perairan oleh DKP. Selain itu, pembentukan KKLD ini juga sebagai akomodasi terhadap kepentingan aspirasi masyarakat pesisir, LSM, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengelola pesisir sebagai modal pembangunan daerah.
B.       Letak Geografis
KKLD Pantai Ujungnegoro-Roban terletak pada posisi geografis 06052'00" LS - 109050'59" BT memiliki luas kawasan 6.800 Ha. Adapun KKLD tersebut terdapat di empat desa, yaitu Desa Ujungnegoro, Desa Karanggeneng, Desa Ponowareng, Desa Kedung Segog. Sementara secara administratif, pantai yang menjadi KKLD berbatasan dengan sebelah barat Pantai Ujungnegoro Desa Ujungnegoro Kecamatan Kandeman, sebelah utara Pantai Utara Laut Jawa, sebelah timur Pantai Roban Timur Desa Sengon Kecamatan Subah, dan sebelah selatan Pantai Ujungnegoro - Roban.
C.           Aksesibilitas
KKLD Pantai Ujungnegoro-Roban dapat diakses dari arah Pekalongan, Banjarnegara, dan Kendal menuju Batang, setelah itu menuju lokasi yang berada di Kecamatan Kandeman, Kecamatan Tulis dan Kecamatan Subah.
D.      Iklim
Kabupaten Batang beriklim tropis dengan 2 musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau, yang terjadi silih berganti yaitu bulan Oktober - Maret adalah musim penghujan dan April - September adalah musim kemarau, dengan curah hujan rata-rata tiap tahun mencapai 2.696 mm. Sementara suhu udara rata-rata 24,40C.
E.       Kondisi Perairan
Pasang surut di perairan KKLD Kabupaten Batang berkisar antara 50 - 145 cm, yang bertipe pasang surutnya adalah campuran yang cenderung ke harian ganda (mixed semi diurnal). Kecepatan arus rata-rata pada musim barat berkisar antara 0,5 - 0,75 m/det yang bergerak dari Barat/Barat Laut amilia Timur/Tenggara. Begitu juga pada musim timur, kecepatan arus rata-rata 0,5-0,65 m/det yang bergerak amilia timur laut menyusuri topografi pesisir perairan Jepara. Sementara gelombang laut pada musim barat berkisar 0,44-1,83 m dengan perioda 2-5 detik dan musim timur berkisar 0,35-1,06 m dengan perioda 2-5 detik (Hadi et.al, 2005). Sedangkan suhu permukaan berkisar antara 29,80C - 30,20C, Salinitas permukaan berkisar antara 22,5 - 29 ppt, dan pH 6,5 - 7,5, dengan kecerahan (transparansi) antara 0,3 - 0,7 m.
F.       Kondisi Ekonomi Perairan
Ekosistem mangrove di Kawasan Konservasi Laut Daerah terdapat di Desa Sengon (Kecamatan Subah). Mangrove jenis Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Avicennia marina dan Bruguiera cylindrica termasuk golongan mangrove komponen major. Golongan mangrove ini paling banyak ditemui dibanding mangrove komponen minor seperti Excoecaria agallocha serta mangrove komponen asosiasi seperti waru, ketapang, dan cemara laut. Hasil interpretasi citra satelit menunjukkan penurunan luasan mangrove yang terjadi antara tahun 2003-2006 di wilayah pesisir Kabupaten Batang pada umumnya, yaitu dari 363,842 ha pada tahun 2003 menjadi 159,847 ha. Terumbu karang yang ditemukan terdiri atas karang mati dan karang yang masih tumbuh. Masyarakat setempat cukup mengenal komunitas karang-karang tesebut. Nama-nama komunitas karang menurut masyarakat lokal, berturut-turut mulai dari arah barat ke timur di sepanjang pantai KKLD antara lain Karang Maeso, Karang Pancer Darat, Karang Pancer, Karang Angrik, Karang Wuluhan, Karang Jojogan, Karang Guo, Karang Kepuh, Karang Kembar, Karang Ipik, dan Karang Kretek. Berdasarkan hasil survey, persentase tutupan karang keras sebesar 6%, seperti Porites Lobata dengan bentuk pertumbuhan masive dan submasive. Selain itu, juga terdapat sedikit karang dari amilia Faviidae yaitu Favites sp dijumpai dalam bentuk pertumbuhan masive. Jenis ikan karang yang terdapat di lokasi berasal dari 3 famili yaitu Pomacentridae dengan kelimpahan relatif sebesar 78,78%, Labridae sebesar 3,02% dan Siganidae 18,18 %. Spesies ikan karang yang paling melimpah ialah jenis Neopomacentrus yaituNeopomacentrus Cyanomos dan N. Azysron. Famili Labridae yang ditemukan adalah ikan pembersih (cleanerfish) Labroides dimidiatus. Ikan karang ekonomis penting yang dijumpai di lokasi adalah ikan beronang jenis Siganus javus.



G.      Kondisi Sosial Ekonomi Budaya
Berdasarkan hasil sensus per akhir Desember 2007 tercatat sejumlah 699.105 jiwa, dengan kepadatan penduduk sebanyak 886 jiwa per km2. Sementara karakteristik sosial budaya masyarakat pesisir Kabupaten Batang masih terasa kental, dimana hampir semua kecamatan pesisir, mata pencaharian penduduknya relatif sama yaitu bekerja pada sektor perikanan. Oleh karena itu, pola kehidupan di antara mereka juga tidak jauh berbeda.
Pada tahun 2007 rata-rata pertumbuhan ekonomi masyarakat Kabupaten Batang sebesar 3,49%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa posisi perekonomian Kabupaten Batang masih di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional maupun Jawa Tengah. Sektor pertanian memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Batang yaitu sebesar 28,94%, disusul sektor industri pengolahan sebesar 26,42%. Kontribusi terbesar ketiga diberikan oleh sektor perdagangan sebesar 16,24%. Sektor pertambangan dan penggalian memberikan sumbangan terkecil yaitu hanya 1,22%.
H.      Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Kabupaten Batang didominasi oleh sektor pertanian, yang di dalamnya adalah perikanan. Untuk masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir, umumnya mereka lebih banyak bekerja sebagai nelayan.
I.         Potensi Perikanan
Perikanan dan Kelautan merupakan potensi strategis, karena Kabupaten Batang memiliki garis pantai sepanjang 38,75 km, serta didukung pula dengan perikanan darat yang meliputi tambak, kolam air tawar dan perairan umum.
Setelah melihat data umum diatas tentang Kawasan Konservasi Pesisir Kabupaten Batang  (Taman Pesisir Ujungnegoro - Roban) kawasan tersebut sangat berpotensi, Namun pada kenyataanya kendala yang ditemukan dalam pengelolaan KKLD Ujungnegoro adalah rencana pemerintah pembangunan PLTU Batang. Pemerintah bersemangat untuk merealisasikan proyek yang masuk bagian MP3EI in. Pembangunan seakan ‘wajib’ meskipun harus mengubah kawasan konservasi perairan laut daerah (KKLD) dan mengancam tempat hidup tak kurang 10.961 nelayan. Juga ribuan petani yang lahan produktif mereka ‘dipaksa’ menjadi lahan proyek. PLTU Batang akan dibangun di lahan seluas 700 hektar berkapasitas 2.000 mega watt (MW) oleh PT Bimasena Power Indonesia. Proyek ini akan mengubah lahan pertanian produktif dan KKLD yang menjadi sumber pangan perikanan masyarakat Batang dan Jawa Tengah.

Maka hal yang harus dilakukan untuk pendekatan konservasi adalah :
Pendekatan konservasi yang  mungkin dapat dilakukan adalah dengan menjadikan kawasan ini menjadi tempat objek wisata, bisa dijadikan tempat wisata berbasis edukasi. Untuk kawasan hewan bisa dijadikan penangkaran untuk tetap melestarikan. Dan untuk tanaman, kita dapat membuatwisata  mangrove untuk mencegah abrasi,dlll. dalam penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah pantai Ujungnegoro Batang adalah dikarenakan kawasan ini melindungi 3 obyek penting dalam menjaga ekosistem, yaitu : (1) kawasan Karang Kretek yang memiliki peran penting melindungi potensi sumberdaya ikan bagi nelayan tradisional; (2) kawasan Situ Syekh Maulana Maghribi yang berperan dalam penyebaran agama Islam di Batang; dan (3) kawasan wisata pantai Ujungnegoro yang memberikan andil pada perkembangan industri pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Batang. Penyu Belimbing, Penyu Hijau, Udang Lobster, Hiu Macan, Lumba-lumba darat (Pesut), Cemara laut, nyamplung, Ketapang Laut, Bakau dan Api-api. (4) lalu membuat Obyek wisata, karena obyek wisata yang berkembang di Kabupaten Batang adalah wisata pantai yaitu Pantai Ujungnegoro.
Sumber :





Tidak ada komentar:

Posting Komentar