STUDI KASUS 1 :
Laju
Pembangunan di Utara Jakarta Tinggi, Banjir Semakin Parah
Penulis : Alfiyyatur Rohmah | Selasa, 22 Januari 2013 | 18:53 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Intensitas pembangunan yang sangat tinggi di
kawasan pantai utara Jakarta, dari Pademangan hingga Dadap, membuat muka air
tanah di kawasan itu turun dua hingga tiga centimeter per tahun. Akibatnya,
banjir di kawasan itu semakin parah setiap tahun karena turunnya muka air tanah
membuat muka tanah menjadi semakin rendah.
"Daerah-daerah
pantai utara khususnya Pademangan sampai Dadap memiliki intensitas pembangunan
cukup tinggi. Itu semua akibat dibangunnya pabrik-pabrik yang semakin banyak
sehingga terjadi penurunan muka air tanah per tahunnya dua sampai tiga
sentimenter," kata Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Supardiyo kepada
wartawan di Jakarta, Selasa (22/1/2013).
Untuk
mengatasi turunnya muka tanah, ia melanjutkan, sejak tahun 2004-2005, wilayah
seperti Kapuk Raya sudah ditinggikan sekitar 40 cm oleh pemerintah. Kemudian
pada 2007-2008 juga kembali ditinggikan sekitar 40 cm. Akan tetapi usaha
tersebut tidak memberikan dampak signifikan karena tingginya intensitas
pembangunan di sana.
Selain
menyebabkan turunnya air tanah, kata dia, laju pembangunan di kawasan itu juga
menggerus area hijau yang berfungsi sebagai sumber resapan air. "Kalau
Kapuk, Kedaung, Kali Angke, Kamal, dan seluruh titik resapan di lokasi juga
sudah habis," kata Supardiyo.
Untuk
mengatasi itu, pemerintah sebenarnya telah mengeluarkan peraturan daerah yang
mengharuskan setiap rumah memiliki sumur resapan, tapi masyarakat tak
melaksanakan aturan tersebut. "Itu sebabnya, kenapa di Kalideres dan
Cengkareng parah banjirnya parah," ungkap Supardiyo.
Hal
tersebut diperburuk dengan buruknya sistem drainase di wilayah Jakarta. Tidak
pernah ada pengerukan kali di kali-kali besar di Jakarta sehingga banjir semakin
parah. "Makanya enggak heran, jika hujan sedikit saja akan menimbulkan
banjir," kata Supardiyo.
Supardiyo
mengungkapkan, daerah paling luas yang terkena dampak banjir memang Jakarta
Utara. Pasalnya letak geografis Jakarta Utara berada di pinggir laut, sehingga
banjir rob bisa menambah buruk situasi banjir di wilayah tersebut. Untuk
mengurangi dampak bencana ia mengingatkan agar daerah muara sebaiknya tidak
boleh mendirikan bangunan.
STUDI KASUS 2 :
Pabrik
Semen Indocement Masih Terganjal Izin Amdal
TEMPO.CO, Jakarta - Rencana pembangunan pabrik semen di Pati
oleh PT Sahabat Mulia Sakti, anak perusahaan PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk, masih terhambat meski syarat izin usaha pertambangan sudah dipenuhi.
“Namun proses dokumen AMDAL masih akan diproses di sidang komisi Amdal, 30
Januari pekan depan," ujar Direktur Sahabat Mulia Sakti, Alexander Frans,
Jumat, 27 Januari 2012.
Pengesahan dokumen Amdal atau analisis mengenai dampak lingkungan terhambat karena masih ada penolakan dari kelompok masyarakat setempat. Misalnya, “Ada kekhawatiran dari Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng bahwa eksploitasi berlebihan di pegunungan Kendeng bisa menimbulkan bencana dan ancaman kekeringan air," ucap Frans.
Pabrik yang perencanaannya sudah dibangun sejak 2010 ini akan bernilai investasi US$ 300-500 juta atau setara dengan Rp 2,7-4,5 triliun dengan kapasitas produksi 8.000 ton per hari. Pabrik ini akan berdiri di lahan seluas 180 hektare, dengan pemerincian 150 hektare untuk tapak pabrik dan 30 hektare digunakan untuk pendirian asrama dan fasilitas akses pabrik.
Perusahaan, kata dia, juga berkomitmen menjaga keberlangsungan alam daerah Pati dengan mengelola sumber air dari sungai. "Proses produksi yang kami terapkan adalah sistem semen kering. Kebutuhan air hanya untuk sistem pendingin mesin dan jumlahnya juga tidak banyak," katanya.
Corporate Secretary Indocement, Sahat Panggabean, mengakui bahwa timbulnya kekhawatiran masyarakat akan isu-isu lingkungan itu wajar. "Tentunya yang namanya dampak jelas ada. Namun sepanjang bisa dikelola dengan baik, dampak akan semakin kecil atau bahkan tidak ada," ujar Sahat.
Karena itu perusahaan mengharapkan masyarakat dapat mendukung pengajuan rancangan Amdal ini. Bagaimana pengelolaan debu, pengelolaan bising dan getar, serta kewajiban perusahaan untuk pelestarian lingkungan juga dipastikan bakal tercantum dalam dokumen Amdal.
"Sahabat Mulia Sakti sangat komitmen. Apa pun hasil analisis nanti, akan dihormati bersama, jadi masyarakat tidak perlu khawatir. Kami tidak akan melakukan pemaksaan," kata Sahat.
Pengesahan dokumen Amdal atau analisis mengenai dampak lingkungan terhambat karena masih ada penolakan dari kelompok masyarakat setempat. Misalnya, “Ada kekhawatiran dari Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng bahwa eksploitasi berlebihan di pegunungan Kendeng bisa menimbulkan bencana dan ancaman kekeringan air," ucap Frans.
Pabrik yang perencanaannya sudah dibangun sejak 2010 ini akan bernilai investasi US$ 300-500 juta atau setara dengan Rp 2,7-4,5 triliun dengan kapasitas produksi 8.000 ton per hari. Pabrik ini akan berdiri di lahan seluas 180 hektare, dengan pemerincian 150 hektare untuk tapak pabrik dan 30 hektare digunakan untuk pendirian asrama dan fasilitas akses pabrik.
Perusahaan, kata dia, juga berkomitmen menjaga keberlangsungan alam daerah Pati dengan mengelola sumber air dari sungai. "Proses produksi yang kami terapkan adalah sistem semen kering. Kebutuhan air hanya untuk sistem pendingin mesin dan jumlahnya juga tidak banyak," katanya.
Corporate Secretary Indocement, Sahat Panggabean, mengakui bahwa timbulnya kekhawatiran masyarakat akan isu-isu lingkungan itu wajar. "Tentunya yang namanya dampak jelas ada. Namun sepanjang bisa dikelola dengan baik, dampak akan semakin kecil atau bahkan tidak ada," ujar Sahat.
Karena itu perusahaan mengharapkan masyarakat dapat mendukung pengajuan rancangan Amdal ini. Bagaimana pengelolaan debu, pengelolaan bising dan getar, serta kewajiban perusahaan untuk pelestarian lingkungan juga dipastikan bakal tercantum dalam dokumen Amdal.
"Sahabat Mulia Sakti sangat komitmen. Apa pun hasil analisis nanti, akan dihormati bersama, jadi masyarakat tidak perlu khawatir. Kami tidak akan melakukan pemaksaan," kata Sahat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar